Tajud-Din Abul Fadl Ahmad ibn Muhammad ibn 'Abd al-Karim ibn Atha 'illah al-Iskandari al-Syadzili |
” Ilahi (Tuhanku), di dalam kekayaanku, aku adalah hamba yang fakir, maka
bagaimana aku tidak merasa fakir dalam kefakiranku.”
” Ilahi, dalam ilmu pengetahuanku yang kumiliki, aku tetaplah seorang hamba
yang bodoh, maka bagaimana aku tidak sangat bodoh dalam kebodohanku.”
” Ilahi, sesungguhnya silih bergantinya ketetapan-Mu, dan cepat tibanya
takdir-Mu, kedua-duanya telah mencegah para hamba-Mu yang arif, untuk merasa
tenang ketika menerima pemberian-Mu dan mencegah mereka dari patah harapan
ketika menghadapi cobaan dari-Mu.”
” Ilahi, apa yang berasal dariku, tentu sesuai dengan sifat kerendahan dan
kehinaanku, sedangkan apa yang datang dari-Mu, tentu sesuai dengan kemuliaan
dan keagungan-Mu.”
” Ilahi, Engkau telah menyifati diri-Mu dengan sifat kelembutan dan belas
kasih terhadap aku sejak sebelum adanya kelemahanku ini, maka apakah kini
Engkau tolak diriku yang lemah ini, dari kedua sifat-Mu itu, setelah nyata
adanya kelemahan dan kebutuhanku pada kedua sifat-Mu itu.”
” Ilahi, bila terjadi kebaikan dan kebajikan dariku, maka itu semata-mata
berkat anugerah-Mu, Engkaulah yang memberi karunia kepadaku. Jika terjadi
kejahatan padaku, maka itu semata-mata karena keadilan-Mu, maka Engkau tetap
memiliki hujjah dan berhak menuntut aku atas kejahatan itu.”
” Ilahi, bagaimana Engkau kembalikan kepadaku untuk mengurusi diriku,
padahal Engkau telah menjamin aku, dan bagaimana aku akan hina padahal Engkau
yang menolong aku, bagaimana aku akan kecewa, sementara dengan kehalusan-Mu,
Engkau kasih aku.”
” Ilahi, inilah aku yang datang mendekat kepada-Mu, bertawasul dengan
kefakiranku kepada-Mu. Bagaimana aku akan bertawasul dengan sesuatu yang
mustahil bisa menyampaikan aku kepada-Mu. Bagaimana aku akan mengadukan
ihwalku, sedangkan hal ini tidak ada yang tersembunyi bagi-Mu. Dan bagaimana
aku akan menjelaskan tentang ihwalku kepada-Mu, dengan kata-kataku, padahal
semua itu berasal dari-Mu jua. Bagaimana aku akan kecewa dengan harapan dan
cita-citaku, padahal cita-cita itu telah berlangsung dan sampai kepada-Mu. Dan
bagaimana ihwalku tidak akan menjadi baik, sedang ia berasal dari Engkau dan
kembali pula kepada-Mu.”
” Ilahi, alangkah besar kehalusan dan kasih-Mu terhadap diriku, sementara
aku sangat dungu, dan alangkah besar rahmat-Mu kepadaku, padahal perbuatanku
sangat buruk.”
” Ilahi, alangkah dekatnya Engkau kepadaku, sementara aku betapa jauhnya
dari Engkau.”
” Ilahi, alangkah besar kasih-Mu kepadaku, maka apakah gerangan yang
menutupiku dari-Mu.”
” Ilahi, aku telah mengerti dengan perubahan keadaan dan pergantian masa.
Sesungguhnya tujuan-Mu adalah untuk memperkenalkan dan menunjukkan kekuasaan-Mu
kepadaku, dalam segala keadaan dan masa, sehingga aku tidak lupa dan bodoh
pada-Mu dalam sesuatu apapun.”
” Ilahi tiap-tiap aku dibungkam mulutku oleh sebab dosa-dosaku, maka
terbuka mulutku oleh karena melihat kemurahan-Mu yang tak terhingga. Dan
tiap-tiap aku berputus asa untuk mendapat rahmat-Mu karena sifat-sifat
kerendahanku, maka dapat membuka harapanku bila melihat pemberian-pemberian
karunia-Mu.”
” Ilahi, orang yang dalam kebaikan-kebaikannya masih terdapat kekurangan,
maka bagaimana kesalahan-kesalannya itu bukan sebagai dosa-dosa. Dan orang yang
semua ilmu dan pengertiannya itu hanya pengakuan belaka, maka bagaimana
pengakuan-pengakuannya itu bukan sebagai kepalsuan belaka.”
” Ilahi, ketetapan hukum-Mu yang pasti berlaku, dan kehendak-Mu yang
bersifat memaksa, maka keduanya tidak memberi kesempatan bagi orang yang pandai
bersilat lidah untuk berkata-kata, atau orang yang mempunyai kesaktian untuk
melaksanakan kesaktiannya.”
” Ilahi, berapa banyak taat yang telah aku lakukan, dan keadaan yang telah
aku perbaiki, namun tiba-tiba harapanku akan hal itu, digagalkan oleh
keadilan-Mu, bahkan karunia-Mu telah menggeser ketergantunganku pada amal
perbuatanku.”
” Ilahi, Engkau Maha Mengetahui, tentang diriku yang tidak istiqomah dalam
menjalankan ketaatan, namun aku tetap menanamkan kecintaan dan kebulatan
tekadku untuk beramal.”
” Ilahi, bagaimana aku mesti berniat, sedangkan Engkau yang menentukan,
bagaimana aku berkebulatan tekad, padahal Engkau yang memerintah.”
” Ilahi, hilir mudikku yang berkutat pada alam kebendaan, menyebabkan
jauhnya perjalanan, karena itu dekatkanlah aku kepada-Mu dengan amal yang dapat
segera menyampaikan aku kehadirat-Mu.”
” Ilahi, bagaimana mungkin sesuatu yang dalam wujudnya berhajad kepada-Mu,
dapat dijadikan sebagai dalil untuk menunjukkan pada-Mu. Apakah ada sesuatu
yang lebih terang daripada Engkau, sehingga ia dapat menjelaskan Engkau.
Bilakah Engkau gaib, sehingga dibutuhkan petunjuk yang dapat menunjukkan
pada-Mu, dan bilakah Engkau jauh sehingga alam ini dapat menyampaikan
kehadirat-Mu.”
” Ilahi, sungguh buta mata yang tidak dapat melihat pengawasan-Mu terhadap
dirinya. Dan sungguh rugi dagangan seorang hamba yang tidak mendapat bagian
dari rasa cinta kepada-Mu.”
” Ilahi, Engkau menyuruh aku kembali memperhatikan alam benda ini, karena
itu kembalikanlah aku kepadanya dengan diliputi oleh selubung cahaya, dan
petunjuk surya hati, sehingga dari alam ini aku dapat kembali kepada-Mu,
sebagaimana ketika aku masuk ke dalamnya, hatiku terjaga dari gangguannya,
harapan dan cita-citaku merasa enggan untuk bersandar kepadanya. Sungguh Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
” Ilahi, inilah kehinaanku yang begitu nyata di depan-Mu, dan inilah
keadaanku tidak ada barang sedikitpun yang tersembunyi pada-Mu, dari pada-Mu
aku mohon supaya dapat sampai kepada-Mu. Dan dengan Engkau aku mencari dalil
kepada-Mu. Maka berilah aku petunjuk dengan nur-Mu untuk dapat sampai kepada-Mu,
tegakkanlah aku dalam kesungguhan pengabdianku di hadapan-Mu.”
” Ilahi, ajarilah aku dari ilmu-Mu secara langsung dari khazanah ilmu-Mu.
Dan peliharalah aku dengan rahasia nama-Mu yang terjaga.”
” Ilahi, anugerahilah aku hakekat, laksana hakekat orang-orang yang dekat
kepada-Mu. Dan jalankanlah aku, sebagaimana jalannya orang majdzub.”
” Ilahi, berilah aku kepuasan dengan aturan-Mu daripada aturanku sendiri,
dan dengan pilihan-Mu daripada pilihanku sendiri, dan dudukkanlah aku
dalam pilihan-Mu sebagai markas yang menjadi keniscayaan yang tak terelakkan
bagiku.”
” Ilahi, keluarkanlah aku dari kehinaan diriku, bersihkan aku dari keraguan
dan sucikan aku dari syirik sebelum aku masuk ke liang kubur. Aku mohon
pertolongan kepada-Mu, tolong dan bantulah aku. Pada-Mu aku berserah diri, maka
janganlah Engkau memberatkan bebanku. Pada-Mu aku mohon, janganlah Engkau
kecewakan aku. Pada karunia dan anugerah-Mu aku berharap, janganlah kiranya
Engkau halangi aku untuk mendapatkan rahmat dan anugerah-Mu. Kepada-Mu aku
mendekat dan bersandar, janganlah kiranya Engkau hindari dan jauhi aku. Di
depan pintu-Mu aku berdiri terus mengetuk pintu-Mu, janganlah Engkau usir aku.”
” Ilahi, keridhaan-Mu sungguh suci dan tak ternodai, maka bagaimana bisa
ternodai oleh aib dariku. Engkau adalah Dzat yang Maha Kaya dari pada sampainya
sesuatu kemanfaatan dari diri-Mu sendiri, maka bagaimana akan mungkin
membutuhkan sesuatu daripadaku, padahal aku adalah hamba ciptaan-Mu.”
” Ilahi, sungguh qadha dan qadar, telah mengalahkan aku, dan jerat-jerat
nafsu syahwat telah menjerat dan menahanku, maka jadilah Engkau ya Allah
sebagai Penolongku, sehingga Engkau benar-benar menolong aku melawan nafsu
syahwat, dan juga menolong para sahabatku terhadap musuh-musuh mereka.
Kayakanlah aku dengan karunia-Mu, sehingga aku menjadi puas dan kaya dengan
Engkau, tanpa perlu minta-minta.”
” Engkau yang menerbitkan nur di dalam hati para wali-Mu, sehingga mereka
dapat mengenal dan mengesakan Engkau. Engkau pula yang menghilangkan kotoran
dunia dari hati para kekasih-Mu, sehingga mereka tidak suka pada sesuatu selain
mencintai Engkau, dan tidak bersandar, selain kepada-Mu. Engkaulah yang
menggembirakan hati mereka ketika mereka merasa jemu dari semua alam. Dan
Engkau pula yang memberi hidayah kepada mereka, sehingga terang bagi mereka
jalan kebenaran.”
” Apakah yang didapat oleh orang yang kehilangan Engkau, dan apakah yang
dirasakan kurang oleh orang yang telah mendapatkan Engkau. Sungguh kecewa orang
yang puas dengan sesuatu selain Engkau, dan sungguh rugi orang yang ingin
berpindah pada yang lain, selain Engkau.”
” Ilahi, bagaimana akan diharapkan sesuatu selain Engkau, padahal Engkau
tidak pernah memutus kebaikan-Mu. Bagaimana akan meminta pada yang selain
Engkau, sedang Engkau tidak pernah merubah kebiasaan memberi karunia.”
” Wahai Tuhan yang memberi rasa manisnya bermunajat kepada para
kekasih-Nya, sehingga mereka selalu berdiri di depan-Nya dengan bersuka ria. Ya
Tuhan yang memakaikan pada para wali-Nya pakaian kehebatan sehingga mereka
bangga dengan kemuliaan-Nya.”
” Engkaulah Tuhan yang selalu ingat, sebelum orang-orang yang berdzikir
mengingat Engkau. Engkau pula yang mula-mula berlaku ihsan, sebelum orang-orang
ahli ibadah menghadap kepada-Mu. Engkaulah yang Maha Pemurah dengan
pemberian-pemberian-Mu, sebelum orang-orang yang minta mengajukan permintaan
kepada-Mu. Engkaulah yang Maha Pemberi, kemudian terhadap apa yang telah Engkau
berikan itu, kami adalah orang-orang yang meminjamkan.”
” Ilahi, dekatkanlah aku kepada-Mu berkat rahmat dan anugerah-Mu, agar aku
segera sampai kepada-Mu, sehingga aku menghadap di hadirat-Mu.”
” Ilahi, harapanku terhadap kebaikan dan rahmat-Mu, tidak pernah putus,
oleh kemaksiatan yang aku perbuat, sebagaimana rasa takutku kepada-Mu yang juga
tidak pernah hilang, sekalipun aku telah berbuat taat kepada-Mu.”
” Ilahi, alam kebendaan ini telah mendorong aku untuk pergi kepada-Mu, dan
pengetahuanku terhadap kemurahan-Mu itulah yang menghentikan aku untuk berdiri
di depan pintu-Mu.”
” Ilahi, bagaimana aku akan kecewa, padahal Engkaulah harapanku, dan
bagaimana aku akan terhina, padahal kepada Engkaulah aku berserah diri.”
” Ilahi, bagaimana aku akan berharap jadi mulia, sementara Engkau telah
menempatkan aku dalam kehinaan, tetapi bagaimana aku tidak akan meminta
kemuliaan, karena keberadaanku sebagai hamba adalah bersandar kepada-Mu.
Bagaimana aku bisa tidak akan butuh, sementara Engkau telah menempatkan aku
dalam kefakiran. Tetapi bagaimana aku akan fakir, padahal Engkau telah
mencukupi aku dengan kemurahan-Mu.”
” Ilahi, Engkaulah Tuhan yang tiada Tuhan selain Engkau, Engkau telah
mengenalkan Dzat-Mu pada segala sesuatu, sehingga tiada sesuatupun yang tidak
mengenal Engkau. Dan Engkau pula yang mengenalkan Dzat-Mu kepadaku, di dalam
segala sesuatu, sehingga aku melihat Engkau Zhahir pada segala sesuatu, maka
Engkaulah yang Zhahir pada segala sesuatu.”
” Ya Tuhan, yang berkuasa dengan sifat kasih sayang-Nya di atas Arasy,
sehingga Arasy itu lenyap dalam sifat Rahman-Nya, sebagaimana alam-alam lain
yang menjadi tenggelam dalam Arasy-Nya. Engkau telah melenyapkan alam dengan
alam, dan melenyapkan Arasy dengan kepungan nur rahmat-Mu yang meliputinya.”
” Ya Tuhan, yang berada di balik tirai kemuliaan-Nya, sehingga tidak dapat
dicapai oleh pandangan mata. Ya Tuhan, yang telah menjelma dalam kesempurnaan
keindahan dan keagungan-Nya, sehingga nyatalah bukti kebesaran-Nya dalam hati
dan perasaan. Ya Tuhan, bagaimana Engkau tersembunyi padahal Engkaulah Dzat
yang Zhahir, dan bagaimana Engkau akan gaib, padahal Engkaulah Pengawas yang
tetap hadir. Dialah Allah yang memberikan petunjuk dan kepada-Nya, kami mohon
pertolongan.”
(Ibnu Athaillah )
No comments:
Post a Comment